Semua berawal dari keinginanku untuk melanjutkan kuliah semenjak masih SMA, namun aku berfikir dua kali untuk keinginanku itu. Aku melihat keadaan orang tua saya yang sudah tua renta dan tidak mungkin lagi bisaa membiayai pendidikanku sampai nanti di bangku kuliah. Namun semangatku untuk tetap melanjutkan ke perguruan tinggi tidak pudar karena hal tersebut, seperti yang guru aku katakan “dimana ada kemauan di situ pasti ada jalan”.
Tantanganku untuk melanjutkan kuliah tidak hanya mendapatkan penghalang dari segi materi saja, tapi dari segi lingkungan juga cukup menentang. Maklum saya tinggal di daerah yang masih sangat awam dengan pendidikan. Sekolah SMA menurut mereka sudah sekolah yang sudah paling tinggi, setelah lulus SMA biasanya di daerah aku langsung terjun kedunia tani atau pergi merantau ke kota tetangga atau bahkan ke negri tetangga seperti Malaysia dan Arab saudi untuk mengadu nasib mereka. Tapi tidak dengan keinginan aku, aku berkeinginan agar aku bisa merasakan pendidikan di perguruan tinggi terlebih dahulu sebelum terjun kemasyarakat.
Ujian Nasional tingkat SMA sudah berlalu dan berapa bulan kemudian pengumuman kelulusan di tempel dipapan meding depan kelas, semua siswa berebut untuk melihat hasilnya hingga ahirnya aku lihat dengan jelas kalau aku lulus namun, kegembiraanku hanya sebatas hitungan menit karena aku harus memikirkan keinginanku untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Kini aku bingung untuk mencari perguruan tinggi yang bisa dijangkau oleh ekonomi keluargaku dan pastinya juga bagus.
Setelah menelusuri selama dua hari ahirnya saya memutuskan melanjutkan ke perguruan tinggi swasta. Saya melihat browsur yang dibagikan kepada Calaon MABA (Mahasiswa Baru). Betapa terkejutnya saat membaca dan melihat total yang harus di lunasi untuk bisa kuliah mencapai lebih dari satu juta. Saya berfikir kalau aku memperlihatkan pada Orang tuaku pasti mereka akan melarangku untuk kuliah karena ketidak mampuan keluargaku. Namun tekadku sudah bulat untuk tetap melanjutkan keperguruan tinggi. Aku mulai mencari kerja mulai dari menjadi tukang ojek, membantu memanen padi disawahnya hingga menjadi kernit angkutan umum. Itu semua saya kerjakan dengan ikhlas agar bisa melunasi semua administrasi yang ada perguruan tinggi tersebut. Setiapa hari aku kumpulkan uang tak pernah mengenal lelah, kalau malam aku membantu tetangga saya jualan bakso. Selama kurang lebih satu bulan aku mengumpulkan uang bekerja ini dan itu tapi masih saja kurang. Sampai ahirnya bapak aku tau tentang perjuanganku untuk bisa kuliah. Bapakku ikut brusaha untuk melengkapi kekurangan dari hasil kerjaku, dan syukur alhamdulillah setelah melihat semangatku untuk belajar di perguruan tinggi kedua orang tua aku memberikan suport yang menambah semangatku untuk belajar.
Masa ordik tiba aku denga hati yang gembira menyambut masa ordik itu dengan pengalaman baru, teman baru, dan suasana yang baru. Masa ordik menjadi ajang perkenalan bagi mahasiswa baru yang seangkatan denganku. Selama ordik aku tinggal di asrama kampus. Setelah ordik usai baru aku pulang kerumah dan mempersiapkan diri untuk menerima ilmu di perguruan tinggi.
Awal aku pergi ke kampus banyak orang sekitar temapat tinggalku yang mengolok-olokku dengan kata-kata yang cukup membuat kesal. “mau kemana kamu, kamu dilahirkan dari darah petani jadi jangan bermimpi buat jadi presiden” tidak hanya itu yang mereka hujatkan saat akau mau berangkat kuliah, sampai ada yang mendatangi rumah saya dan bilang ke orang tua saya “anakmu mau kemana?? Sudah banyak calon-calon pegawai yang mengantri diluar sana, kita ini berasal dari darah petani jadi jangan terlalu tinggi dalam bermimpi”. Tapi aku tak pernah patah semangat dengan keawaman tentang pendidikan di daerah tempat tinggalku. Aku hanya ingat dengan ceramah salah satu guruku sewaktu SMA, beliau berkta Allah tidak akan merubah nasib seseorang kaumnya kecuali dia mau merubahnya. Ternyata itu benar dalam Al-Qur’an diperjelas.
aku melalui masa-masa kuliah saya dengan penuh keikhlasan berangkat naik angkot dan masih jalan dari terminal sepanajang 2km. aku kuliah sambil mencari kerja sampingan agar kalau sudah tiba untuk administrasi tidak lagi repot mencari kesan-sini. Alahamdulillah sampai saya wisuda tidak lagi mendapatkan kesulitan yang membuat saya harus meninggalkan bangku perkuliahan. Ini suatu bukti kalau mencari ilmu itu adalah berkah.
saya pesankan kepada kamu yang sekarang menjalani perkuliahan. Seriuslah dalam belajar, jangan sia-siakan perjuangan orang tuamu. Ingat orang tuamu banting tulang tidak kenal panas dan letih dalam mencari nafkah agar kamu bisa mengenyam pendidikan setinggi-tingginya. Bayangkan jika kamu ada di posisi mereka saat ini.
semoga kisahku ini bisa menjadi suatu pelajaran yang berharga dan menjadi motivasi buat kalian semua.
Thursday, May 9, 2013
Keinginanku di Hadang Oleh Materi dan Keawaman.
Lainnya dari Cerpen
Unknown ~ http://khucoba.blogspot.com/
Artikel Keinginanku di Hadang Oleh Materi dan Keawaman. ini diposting oleh Unknown pada Tanggal Thursday, May 9, 2013. Trimakasih atas kunjungannya. Kritik dan saran sangat diperlukan untuk kemajuan blog ini...Semoga Artikel Keinginanku di Hadang Oleh Materi dan Keawaman. Bermanfaat .. :)
Jangan Sembarangan Copy Paste Artikel Ini. Jika tidak akan diproses secara DMCA Takedown yang tentu saja tidak baik akibatnya bagi blog saudara. Saya mengizinkan artikel saya di copas, cukup 1 syarat... Pasang LINK AKTIF ke postingan blog saya. Ingat Link aktif, bukan link mati. Buat copasser jika blog sobat berkali-kali dilaporkan, maka bisa saja blog sobat dan akun adsense sobat di banned.
Admin : Unknown
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment